Kondisi masyarakat Tionghoa Padang masa pemerintahan Soekarno.

rober bastian 8:16 AM


Pada masa pemerintahan Soekarno etnis Tionghoa diberikan kebebeasan untuk bergerak di bidang politik. Hal ini dilihat dari munculnya orang Tionghoa yang memiliki jabatan sebagai menteri pada masa itu, salah satunya adalah Lie Kiat Teng yang menjabat sebagai Menteri Kesehatan. Pemerintah Soekarno juga membolehkan etnis Tionghoa mengekspresikan kebudayaan mereka serta menjalankan agama dan keyakinan mereka.
Pada masa Soekarno, pemerintah juga mengeluarkan peraturan yang dianggap diskriminatif di bidang ekonomi yaitu PP No.10/1959 yang isinya melarang orang-orang Tionghoa berdagang di wilayah pedesaan yang melahirkan sejumlah insiden. Insiden ini terjadi karena interaksi antara etnis Tionghoa dengan etnis lainnya tidak terjalin dengan baik. Hal lain yang menjadi masalah utama munculnya peraturan tersebut adalah karena kesenjangan perekonomian yang terlihat jelas antara pedagang Tionghoa dibandingkan dengan pedagang yang berasal dari etnis lain. Peraturan ini membatasi secara tegas peran dan hak ekonomi etnis Tionghoa. Mereka hanya diperbolehkan berdagang sampai tingkat kabupaten dan tidak boleh berdagang di tingkat kecamatan apalagi di desa-desa. Sebagai tandingan dalam persaingan usaha perdagangan antara etnis Tionghoa dengan etnis lainnya, pemerintahan memperkenalkan program Benteng agar mampu mengimbangi para pedagang Tionghoa.[1] Akibat dari kebinjakan ini, orang-orang Tionghoa terpaksa meninggalkan pemukiman mereka yang telah terbentuk di pedesaan-pedesaan. Sepanjang tahun 1959 hingga 1960, himbauan pengusiran terhadap etnis Tionghoa didukung oleh pihak TNI AD. 136.000 orang Tionghoa angkat kaki dari Indonesia menuju negara lain, sedangkan 100.000 di antaranya kembali ke Tiongkok.[2]
Pengusiran terhadap etnis Tionghoa yang terjadi di desa-desa dampaknya di Padang tidak terlalu terlihat karena Padang merupakan suatu daerah perkotaaan dan merupakan daerah rantaunya orang Minangkabau. Maka peraturan tentang perekonomian yang dikeluarkan pemerintah Soekarno yang melibatkan orang Tionghoa di Padang tidak terlalu berpengaruh.
Masa peralihan kekuasaan berpindah ke tangan Soeharto setelah terjadinya peristiwa G30S. Etnis Tionghoa yang dilabeli sebagai komunis yang dianggap menjadi dalang dalam peristiwa tersebut akhirnya kembali mendapat perlakuan secara khusus. perlakuan khusus tersebut juga berdampak terhadap Klenteng See Hin Kiong di Padang.


Riniwaty Makmur. (2018). Orang Padang Tionghoa: Dima Bumi Dipijak, Disinan Langik Dijunjuang





[1] Justian Suhandinata, WNI Keturunan Cina dalam Stabilitas Ekonomi dan Politik Indonesia. (Jakarta: Gramedia, 2009). Hlm 312.
[2] J.A.C.Mackie. Anti Chinese Outbreak in Indonesia 1959-1968, dalam The Chinese in Indonesia: Five Essays. (Melbourne: Thomas Nelson, 1976). Hlm 82,


Share this

Related Posts

Previous
Next Post »