SISTEM DAN LEMBAGA PENDIDIKAN DI MASA KOLONIAL

rober bastian 11:26 AM


Nama               :  Rober Bastian
Nim                 : 1302086
M. Kuliah        : Sejarah Pendidikan

SISTEM DAN LEMBAGA PENDIDIKAN DI MASA KOLONIAL
1.      Latar belakang:pendidikan untuk apa?
Pada Zaman Kolonial pemerintahan Belanda, Belanda menyediakan beraneka ragam sekolah – sekolah bagi masyrakat Indonesia untuk memenuhi kebutuhan berbagai lapisan masyarakat. Pendidikan bagi anak – anak Indonesia semula terbatas pada pendidikan rendah, akan tetapi kemudian berkembang secara vertical sehingga anak – anak Indonesia, melalui pendidikan menengah dapat mencapai pendidikan tinggi, sekalipun melalui jalan yang sulit dan sempit.
Lahirnya suatu sistem pendidikan di pemerintahan Belanda semata-mata bukanlah hasil perencanaan yang menyeluruh melainkan tahap demi tahap dan dengan didorong dengan kebutuhan praktis dibawah pengaruh kondisi sosial, ekonomi, dan politik di Nederland maupun Hindia Belanda.
Implikasi dari kondisi politik, ekonomi, dan sosial-budaya di Indonesia pada zaman ini, secara umum dapat dibedakan dua garis penyelenggaraan pendidikan yaitu: pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah kolonial Belanda dan pendidikan yang diselenggarakan oleh rakyat dan kaum pergerakan kebangsaan. Di bawah kekuasaan kolonial Belanda pendidikan diawali dengan pelaksanaan untuk misi keagamaan bukan misi untuk intelektualitas dan adapun tujuan lainnya untuk menghasilkan pegawai administrasi rendahan di pemerintahan dan gereja.
2.      Introduksi pendidikan kolonial, jenis, dan jenjang pendidikan yang tersedia
Dalam pemerintahan kolonial Belanda  terdapat dua periode besar pendidikan yaitu pada massa VOC dan masa pemerintah Hindia Belanda. Kondisi pendidikan di Indonesia dapat dikatakan tidak lepas dari maksud dan kepentingan komersial. Pada masa kolonial Belanda sistem pendidikan Indonesia secara umum sistem pendidikan persekolahan didasarkan kepada golongan penduduk menurut keturunan atau lapisan kelas sosial yang ada.
Sistem persekolahan pada zaman pemerintah Hindia Belanda pada hakikatnya pendidikan dasar untuk tingkatan sekolah dasar dimana mempergunakan sistem pokok yaitu sekolah rendah dengan bahasa pengantar bahasa Belanda adanya sekolah rendah Eropa, sekolah Cina Belanda, dan sekolah Bumi Putra Belanda HIS.
Untuk sekolah lanjutan yaitu Pendidikan Menengah seperti MULO( kelanjutan dari sekolah dasar yang berbahasa pengantar bahasa Belanda), AMS(kelanjutan dari MULO untuk golongan bumi putra dan Timur Asing), HBS(sekolah warga negara tinggi untuk golongan Eropa). Pendidikan kejuruan didirikan sebagai pelaksanaan politik etika pemerintah Belanda, dimana jenis sekolah kejuruan adalah sekolah berbahasa daerah, sekolah berbahasa pengantar Belanda, sekolah teknik, pendidikan dagang, pendidikan pertanian, pendidikan kejuruan wanita, pendidikan rumah tangga, pendidikan keguruan. Dengan terdesaknya oleh tenaga ahli maka didirikanlah pendidikan tinggi seperti sekolah tehnik tinggi, sekolah hakim tinggi, dan pendidikan tinggi kedokteran.
3.      Pemetaan Pendidikan Zaman kolonial
Pada masa pendidikan zaman kolonial kondisi pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah kolonial Belanda yaitu dengan pendidikan pada Zaman VOC dimana sistem kurikulum pendidikan yang diterapkan yaitu berisi pelajaran agama Protestan, membaca dan menulis, didalam kurikulum ini belum bersifat formal dan lama pendidikannya tidak ditentukan dengan pasti, murid-muridnya berasal dari anak-anak pegawai sedangkan anak-anak rakyat jelata tidak diberi kesempatan.
4.      Guru pada Masa Pendidikan Kolonial
Pada awalnya yang menjadi guru ialah orang-orang Belanda itu sendiri, kemudian dengan berjalannya proses pembelajaran, guru digantikan oleh penduduk pribumi dimana mereka atau guru tersebut sebelumnya telah terdidik oleh orang Belanda.
5.      Embrio Tokoh-Tokoh Pendidikan Nasional
Tokoh-tokoh yang sangat memiliki kontribusi terhadap dunia pendidikan Indonesia yaitu Raden Ajeng Kartini (1879-1904) bahwa usaha-usaha Kartini dalam meningkatkan kecerdasan untuk bangsa Indonesia dan kaum wanita yang melalui sarana pendidikan dengan tidak memandang tingkat dan derajat seseorang. Raden Dewi Sartika (1884-1947) mencetuskan gagasan mendidrikan sekolah wanita pribumi yang pertama di Indonesia, Rohanna Kudus (1884-1969) mengajar teman-teman gadis dikampungnya dalam bidang membaca dan menulis dan dia juga mendidrikan Sekolah Gadis, Ki Hajar Dewantara (1889-1959) dalam perjuangannya ia mempunyai semboyan yaitu Tut Wuri Handayani yang artinya dari belakang seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan dan beliau juga mendirikan Perguruan Nasional Taman Siswa.
Mohammad Syafei (1899-1969) juga mendirikan sekolah yang diberi nama Indonesische Nederlansche School (INS), K.H.Ahmad Dahlan (1884-1923) yang mana pendidikannya lebih mengarah kepada terwujudnya memanusia muslim, berakhlak, cakap, percaya kepada diri sendiri, berguna bagi masyarakat dan negara, dan K.H.Hasyim Asy’ari91871-1947) lebih bergerak dalam bidang sosial kemasyarakatan namun ia sangat memperhatikan masalah-masalah pendidikan.



Referensi:
Afifuddin, 2007. Sejarah Pendidikan, bandung: Prosfect.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »