Nama : Rober
Bastian
Nim :
1302086
M. Kuliah : Sejarah Pendidikan
SISTEM DAN LEMBAGA PENDIDIKAN DI MASA KOLONIAL
1.
Latar belakang:pendidikan untuk apa?
Pada Zaman Kolonial pemerintahan Belanda, Belanda menyediakan beraneka
ragam sekolah – sekolah bagi masyrakat Indonesia untuk memenuhi kebutuhan
berbagai lapisan masyarakat. Pendidikan bagi anak – anak Indonesia semula
terbatas pada pendidikan rendah, akan tetapi kemudian berkembang secara
vertical sehingga anak – anak Indonesia, melalui pendidikan menengah dapat
mencapai pendidikan tinggi, sekalipun melalui jalan yang sulit dan sempit.
Lahirnya suatu sistem
pendidikan di pemerintahan Belanda semata-mata bukanlah hasil perencanaan yang
menyeluruh melainkan tahap demi tahap dan dengan didorong dengan kebutuhan
praktis dibawah pengaruh kondisi sosial, ekonomi, dan politik di Nederland
maupun Hindia Belanda.
Implikasi dari
kondisi politik, ekonomi, dan sosial-budaya di Indonesia pada zaman ini, secara
umum dapat dibedakan dua garis penyelenggaraan pendidikan yaitu: pendidikan
yang diselenggarakan oleh pemerintah kolonial Belanda dan pendidikan yang
diselenggarakan oleh rakyat dan kaum pergerakan kebangsaan. Di bawah kekuasaan
kolonial Belanda pendidikan diawali dengan pelaksanaan untuk misi keagamaan
bukan misi untuk intelektualitas dan adapun tujuan lainnya untuk menghasilkan
pegawai administrasi rendahan di pemerintahan dan gereja.
2.
Introduksi pendidikan kolonial, jenis, dan jenjang pendidikan yang
tersedia
Dalam pemerintahan
kolonial Belanda terdapat dua periode besar pendidikan yaitu pada
massa VOC dan masa pemerintah Hindia Belanda. Kondisi pendidikan di Indonesia
dapat dikatakan tidak lepas dari maksud dan kepentingan komersial. Pada masa
kolonial Belanda sistem pendidikan Indonesia secara umum sistem pendidikan
persekolahan didasarkan kepada golongan penduduk menurut keturunan atau lapisan
kelas sosial yang ada.
Sistem persekolahan
pada zaman pemerintah Hindia Belanda pada hakikatnya pendidikan dasar untuk
tingkatan sekolah dasar dimana mempergunakan sistem pokok yaitu sekolah rendah
dengan bahasa pengantar bahasa Belanda adanya sekolah rendah Eropa, sekolah
Cina Belanda, dan sekolah Bumi Putra Belanda HIS.
Untuk sekolah
lanjutan yaitu Pendidikan Menengah seperti MULO( kelanjutan dari sekolah dasar
yang berbahasa pengantar bahasa Belanda), AMS(kelanjutan dari MULO untuk
golongan bumi putra dan Timur Asing), HBS(sekolah warga negara tinggi untuk
golongan Eropa). Pendidikan kejuruan didirikan sebagai pelaksanaan politik
etika pemerintah Belanda, dimana jenis sekolah kejuruan adalah sekolah
berbahasa daerah, sekolah berbahasa pengantar Belanda, sekolah teknik,
pendidikan dagang, pendidikan pertanian, pendidikan kejuruan wanita, pendidikan rumah tangga,
pendidikan keguruan. Dengan terdesaknya oleh tenaga ahli maka didirikanlah
pendidikan tinggi seperti sekolah tehnik tinggi, sekolah hakim tinggi, dan
pendidikan tinggi kedokteran.
3.
Pemetaan Pendidikan Zaman kolonial
Pada masa pendidikan
zaman kolonial kondisi pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah kolonial
Belanda yaitu dengan pendidikan pada Zaman VOC dimana sistem kurikulum
pendidikan yang diterapkan yaitu berisi pelajaran agama Protestan, membaca dan
menulis, didalam kurikulum ini belum bersifat formal dan lama pendidikannya
tidak ditentukan dengan pasti, murid-muridnya berasal dari anak-anak pegawai
sedangkan anak-anak rakyat jelata tidak diberi kesempatan.
4.
Guru pada Masa Pendidikan Kolonial
Pada awalnya yang
menjadi guru ialah orang-orang Belanda itu sendiri, kemudian dengan berjalannya proses
pembelajaran,
guru digantikan oleh penduduk pribumi dimana mereka atau guru tersebut
sebelumnya telah terdidik oleh orang Belanda.
5.
Embrio Tokoh-Tokoh Pendidikan Nasional
Tokoh-tokoh yang
sangat memiliki kontribusi terhadap dunia pendidikan Indonesia yaitu Raden
Ajeng Kartini (1879-1904) bahwa usaha-usaha Kartini dalam meningkatkan
kecerdasan untuk bangsa Indonesia dan kaum wanita yang melalui sarana
pendidikan dengan tidak memandang tingkat dan derajat seseorang. Raden Dewi
Sartika (1884-1947) mencetuskan gagasan mendidrikan sekolah wanita pribumi yang
pertama di Indonesia, Rohanna Kudus (1884-1969) mengajar teman-teman gadis
dikampungnya dalam bidang membaca dan menulis dan dia juga mendidrikan Sekolah
Gadis, Ki Hajar Dewantara (1889-1959) dalam perjuangannya ia mempunyai semboyan
yaitu Tut Wuri Handayani yang artinya dari belakang seorang guru harus bisa
memberikan dorongan dan arahan dan beliau juga mendirikan Perguruan Nasional
Taman Siswa.
Mohammad Syafei (1899-1969)
juga mendirikan sekolah yang diberi nama Indonesische Nederlansche School
(INS), K.H.Ahmad Dahlan (1884-1923) yang mana pendidikannya lebih mengarah
kepada terwujudnya memanusia muslim, berakhlak, cakap, percaya kepada diri
sendiri, berguna bagi masyarakat dan negara, dan K.H.Hasyim Asy’ari91871-1947)
lebih bergerak dalam bidang sosial kemasyarakatan namun ia sangat memperhatikan
masalah-masalah pendidikan.
Referensi:
Afifuddin,
2007. Sejarah Pendidikan, bandung: Prosfect.