1. Pengantar
Tulisan ini mencoba menjelaskan pemikiran Soedjatmoko tentang filsafat sejarah. Di dalam tulisan ini kami akan mencoba menguraikan Biografi singkat Soedjatmoko, konsepsi sejarah, konsepsi tentang manusia, konsep gerak sejarah, mekanisme sejarah, tujuan makna sejarah yang di kemukakan oleh Soedjatmoko itu sendiri.
2. Pembahasan
2.1 Biografi Soedjatmoko
Soedjatmoko Mangoendiningrat, atau biasa di panggil koko, lahir di Sawahlunto 10 Januari 1922, dan meninggal di Yogyakarta, 21 Desember 1989, dalam usia 67 tahun. Ia adalah seorang aktivis politik sosialis sejak usia muda, dan setelah kemerdekaan meniti karier sebagai jurnalis, duta besar, konsultan pembangunan dan juga pernah masuk ke dunia akademik saat menjadi Rektor Internasional University, Tokyo. Ia juga menaruh perhatian yang serius terhadap masalah-masalah sejarah.
2.2 Konsepsi Sejarah
Konsepsi sejarah bagi Koko, sejarah haruslah netral, tidak didasarkan xenophobia dan sikap defensif-agresif yang dihasilkan sikap mental bangsa terjajah sebagai counter kolonialisme. “ilmu sejarah sebagai salah satu disiplin ilmu pengetahuan bukannya seperti seorang abdi dan tidak dapat menjadi abdi dari suatu ideologi, selama ia setia pada sifatnya sebagai ilmu pengetahuan dan meskipun mau tak mau ideologi politik si ahli sejarah dalam batas-batas tertentu, turut mempengaruhi cara dan hasil penyelidikannya itu”.
2.3 Konsepsi tentang Manusia
Sudah menjadi ciri manusia yang berfikir bahwa ia hendak menyusun pengetahuannya sedemikian rupa, sehingga pengetahuan itu dapat dicukupi oleh satu atau dua asas pokok dan prinsip saja. Demikan jugalah manusia, dalam mengahadapi fakta-fakta sejarah, sejak dahulu telah mencoba untuk merumuskan suatu filsafat sejarah yang mencukupi segala sesuatu yang diketahuinya di dalam lapangan sejarah itu, Maka dalam menghadapi kenyataan sejarah dan dalam usahanya untuk mencari penjelasan daripada sejarah, mengenai makna kehidupan manusia, kita sekarang sudah lebih sadar akan relativiteit dan ikatan sejarah (historisch gebonden hide) daripada pikiran, sistem pikiran dan si- pemikir sejarah itu. Maka demikainlah filsafat sejarah sebagai pemikiran menjelang suatu sistem besar, atau untuk meminjam istilah Karl Jaspers dalam “Font Ursprung und Ziel der Geschihet” suatu Totallenwurf der Geschihet suatu rangka yang melingkupi sejarah manusia seluruhnya, sudah meninggalkan cita-cita itu. Dan berkisarlah keaktifannnya sekarang kepada pemikiran tentang sejarah semata-mata.
2.4 Gerak sejarah
Kegemilangan hari lampau kita juga tidak dapat kita pandang sebagai sesuatu yang tidak terbuka untuk peneropongan serta penyelidikan ilmu sejarah dengan alat-alat dan cara-cara yang juga digunakan dalam pemikiran dan penyidikan ilmu sejarah untuk sejarah umat manusia lainnya.pandangan semacam itu hanya dapat timbul dari suatu kekhawatiran yang mendalam,atau kemungkinan kehilangan pribadinya sendiri dalam menghadapi suatu dunia luar dan hari depan yang tak dikenalnya, ataupun ia timbul dari suatu rasa keangkuhan terhadap bangsa-bangsa lainnya.sejarah umat manusia sendiri telah memberikan contoh-contoh kepada kita,betapa besarlah bahaya bagi sesuatu bangsa, yang telah tersesat didalam suatu dunia impian bikinan sendiri semacam itu.kita sendiri telah menyaksikan runtuhnya impian jepang fasis yang mengganggap dirinya sebagai sesuatu bangsa yang mempunyai asal serta panggilan tersendiri didunia. Filsafat sejarah sekarang telah turun menjadi pemikiran,renungan tentang sejarah dan filsafat sejarah nasional tempatnya bukan didalam lapangan ilmu sejarah atau didalam lapangan filsafat sejarah,kesimpulan ini tidak cukup sampai disini.kebutuhan akan kepastian hidup,kegelisahan mengenai keadaan pribadi kita,dan mengenai arah arus perkembangan,terlampau mendesak,terlampau sungguh-sungguh.
Sumber : Soedjatmoko, Meluruskan Dasar Filsafat Sejarah Kebangsaan, dalam Kebudayaan Sosialis (Jakarta: Melibas, 2001)
Mestika Zed, Pengantar Filsafat Sejarah (Padang: UNP Press, 2010)