USAHA-USAHA
MENERUSKAN PERJUANGAN PADA MASA PENDUDUKAN JEPANG 1942-1945 DAN
PERSIAPAN KEMERDEKAN
INDONESIA
Disusun oleh :
Rober Bastian
1302086
Pendidikan
Sejarah
JURUSAN
SEJARAH
FAKULTAS
ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS
NEGERI PADANG
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Setelah Hindia Belanda
menyerah tanpa syarat kepada Jepang di Indonesia, Jepang mulai menanamkan
system penjajahan menggantikan pemerintah Hindia Belanda. Penyerahan kekuasaan
ini menandakan lemahnya Hindia Belanda yang tidak lebih dari mencari keuntungan
saja didaerah jajahannya sedangkan pertahanannya sama sekali tidak
diperhatikan. Sehingga Hindia Belanda kalah dengan Jepang. Lajunya kemenangan
pasukan Jepang seperti badai yang mampu menyapu tempat-tempat pertahanan Hindia
Belanda. Namun kemenangan Jepang itu tidak secara fisik saja karena keunggulan
militer dan teknologinya, tetapi dibalik itu sebenarnya terdapat dorongan
bangsa Indonesia sendiri yang bosan terhadap penjajahan Belanda, apalagi Jepang
menggunakan propaganda yang mampu menembus kebencian terhadap kolonialisme pada
umunya.
Pidato penguasa Jepang
mengana dihati bangsa Indonesia dan Jepang merasa bakal menjawab untuk
membebsakan bangsa Indonesia dari penjajahan Hindia Be;anda dan ikut dimasukkan
dalam kesemakmuran bersama Asia Timur Raya di bawah pimpinan Jepang sehingga
dengan cepatnya bangsa Indonesia menerima Jepang dalam memimpin pemrintahan
yang sebenarnya ingin menjajah Indonesia.
Dengan kepemimpinan bangsa Jepang di Indonesia, pergerakan nasional mulai
terjadi untuk membebaskan
diri dari penjajahan dan
memerdekakan Indonesia sebagai negara yang berdaulat dan merdeka. Pergerakan
tersebut sangat diawasi oleh pemerintah Jepang. Maka dari itu, makalah ini akan
menjelaskan tentang pergerakan nasional masa pendudukan Jepang.
1.2 Rumusan
Masalah
Rumusan masalah
dalam makalah ini adalah, sebagai berikut :
a. Apa yang
melatarbelakangi pendudukan Jepang di Indonesia ?
b. Apa reaksi masyarakat
Indonesia dan kaum nasionalis ketika pendudukan Jepang berlangsung?
c. Bagaimana
pergerakan nasional masa pendudukan Jepang ?
d. Apa langkah-langkah yang
dilakukan Jepang dalam memberikan kemerdekaan kepada Indonesia ?
1.3 Tujuan
Tujuan dari
pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui
latarbelakang pendudukan Jepang di Indonesia
b. Untuk mengetahui reaksi
masyarakat Indonesia dan kaum nasionalis kerita pendudukan Jepang berlangsung
c. Untuk mengetahui
pergerakan nasional masa pendudukan Jepang
d. Untuk mengetahui
langkah-langkah Jepang dalam memberikan kemerdekaan kepada Indonesia
BAB II
ISI
A. Latar Belakang Masuknya Jepang ke Indonesia
Pada tanggal 14
Februari 1942, Jepang menyerang Indonesia dan segera menguasai Sumatra Selatan.
Tanggal 1 Maret dini hari, mereka mendarat di Jawa dan dalam waktu delapan
hari, Letnan Jendral Ter Poorten, Panglima Tentara Hindia Belanda (KNIL),
Menyerah atas nama seluruh angkatan perang Sekutu di Jawa. Pendudukan bangsa Jepang atas wilayah Indonesia sebagai negara imperialis,
tidak jauh berbeda dengan negara-negara imperialisme lainnya. Kedatangan bangsa
Jepang ke Indonesia berlatar belakang masalah ekonomi, yaitu mencari
daerah-daerah sebagai penghasil bahan mentah dan bahan baku untuk memenuhi
kebutuhan industrinya dan mencari tempat pemasaran untuk hasil-hasil
industrinya. Sehingga aktivitas perekonomian bangsa Indonesia pada zaman Jepang
sepenuhnya dipegang oleh pemerintah Jepang.
Kedatangan Jepang pada umumnya
diterima dengan penuh semangat. Rakyat percaya bahwa Jepang datang untuk
memerdekakan, dan Jepang makin disenangi karena segera mengizinkan
dikibarkannya bendera nasional Indonesia merah putih, dan dikumandangkannya
lagu kebangsaan Indonesia raya, dua hal penting yang dulu dilarang oleh
Belanda.
Alasan penting kenapa penjajahan Jepang
justru diterima oleh mayoritas kaum terpelajar Indonesia adalah karena penguasa
baru itu dapat lebih meningkatkan status sosial ekonomi orang Indonesia, hanya
dengan kelayakan saja, tanpa kekerasan. Lebih-lebih lagi, dalam waktu enam
bulan sejak kedatangannya, Jepang memenjarakan semua penduduk Belanda, sebagian
besar orang Indo, dan sejumlah orang Kristen Indonesia yang dicurigai
pro-Belanda kedalam kamp-kamp konsentrasi. Jumlah personil pemerintah militer
Jepang hanya sedikit, oleh karena itu mereka terpaksa mengambil orang-orang
Indonesia untuk mengisi lowongan hampir semua jabatan tingkat menengah, atasan
bidang administrasi dan teknisi yang dulu diduduki orang Belanda atau Indo.
Jadi, hampir semua personil Indonesia dalam bidang pemerintahan, mendapat
kenaikan pangkat satu, dan bahkan sering dua atau tiga tingkat dalam hirarki
tempat mereka bekerja. Dari situlah Jepang mula-mula memenangkan dukungan dari
rakyat Indonesia.
Karena alasan ini dan karena mereka
diterima dengan tangan terbuka oleh penduduk, Orang Jepang tampaknya tidak
mendapat tantangan nyata apa pun sebelumnya dari para pemimpin nasionalis.
Mereka dapat dengan mudah mengambil sumber-sumber kekayaan Indonesia demi
tujuan kepentingan perang mereka, tanpa harus mengadakan persetujuan dengan
kaum nasionalis Indonesia. Berdasarkan keyakinan ini, mereka membentuk
pergerakan tiga A pada tanggal 29 April 1942. Pada saat itu, Jepang
memperkenalkan dan memprogandakan semboyan dan semangat Jepang, yaitu “Nippon
pemimpin Asia, Nippon pelindung Asia, dan Nippon cahaya Asia”. Pergerakan itu
bertujuan mengumpulkan dukungan untuk tujuan perang Jepang dan kemakmuran bersama
Asia Timur Raya. Jepang terlalu dini untuk percaya bahwa mereka tidak perlu
menggarap nasionalisme Indonesia untuk mencapai tujuan-tujuannya lebih lanjut,
karena kenyataannya orang Indonesia yang mereka pilih untuk memimpin pergerakan
tersebut adalah Mr. Raden Samsoedin, jelas bukan seoang pemimpin nasionalis
eselon pertama.
Orang Jepang segera menyadari
kekeliruan perkiraan ini. Meskipun propagandanya hebat, Pergerakan Tiga A
sebenarnya sangat melempem (gagal). Ternyata kemakmuran ekonomi Indonesia dinomorduakan
dibawah kepentingan Jepang, tanpa suatu imbalan yang memadai bagi Indonesia.
Nusantara dikuras habis bahkan makanannya, minyak dan kinanya, sementara
barang-barang pokok yang sangat diperlukan seperti barang sandang dan
onderdil-onderdil tidak masuk lagi. Jepang mengawasi kurikulum sekolah secara
kasar dengan tangan besi. Mereka memaksakan bahasa Jepang sebagai pengganti
bahasa Belanda di sekolah-sekolah menengah atas, dan sebagai bahasa resmi
dikalangan pemerintah. Ini semua menimbulkan reaksi-reaksi negatif yang tajam.
Yang lebih penting dan lebih meresap
dihati hampir seluruh penduduk Indonesia dalah antagonisme yang tajam yang
diciptakan oleh kekerasan yang keterlaluan, serta kekurangajaran yang sering
ditunjukan oleh orang Jepang dalam pergaulan dengan orang Indonesia. Dalam
waktu beberapa bulan saja, Jepang mulai menyadari bahwa mereka tidak lagi
mendapat dukungan dari massa maupun mayoritas orang Indonesia terpelajar. Suatu
rasa tidak senang terhadap Jepang terus tumbuh di kalangan rakyat mulai nyata
dan ditunjukkan dengan mendadakan pemberontakan sebelum tahun 1942 berakhir.
Jepang mulai khawatir pada permusuhan yang jelas serta perlawananan yang kadang
oleh pelajar sekolah dan mamhasiswa. Mereka cemas terutama setelah mengetahui
bahwa dibentuk organisasi-oraganisasi bawah tanah yang terdiri dari
mahasiswa-mahasiswa ini maupun para pemimpin politik. Mereka mulai memahami
bahwa pergerakan kebangsaan Indonesia adalah suatu kekuatan yang nyata dan
kuat, dengan apa harus dicapai suatu cara penyelesaian tertentu, jika mereka
menghendaki tercapainya tujuan-tujuan penjajahan yang minim sekalipun.
Menyadari hal ini, Jepang mengubah kebijakan politiknya secara radikal.
Pertama-tama mereka mengalihkan perhatian kepada para pemimpin nasionalis, yang
mereka yakini bahwa pemimpin tersbut benar-benar disukai rakyat.[1]
B.
Bentuk
Perjuangan dan pergerakan masa pendudukan jepang
Selain segi-segi yang merugkan akibat pendudukan militer
jepang yang begitu sangat di rasakan oleh bangsa Indonesia, endudukan jepang
juga membawa akibat yang menguntung kan juga, khususnya yang berkaitan dengan
perkembangan perakan nasionalisme indonesia.
Fenomena baru berkaitan dengan perkembangan pergerakan
kebangsaan Inddonesia akibat pendudukan militarisme jepang dapat di lihat dari
kebijakan jepang untuk membentuk kesatuan – kesatuan militer atau sub militer
yang merekrut para kaum muda Indonesia. Meskipun tujuan utama pembentukan
kesatuan – kesatuan militer dan semi militer tersebut tidak lah lepas dari
obsesi jepang untuk menang dalam peperangan melawan sekutu di pasifik, sisi
lain tindakan itu adalah keuntungan bagi bangsa Indonesia karena dengan memasuki
badan-badan tersebut para pemuda telah mendapatkan pendidikan militer secara
langsung dari jepang.
Pemerintah jepang di samping melakukan rekayasa
indoktrinisasi dan manipulasi melalui propaganda juga berusaha menjangkau
secara langsung masyarakat pedesaan. Dengan maksud seperti itu, pemerintah mengorganisasi ke dalam
organisasi-organisasi, melatih serta mengupayakan agar masyarakat desa dapat
bermanfaat bagi kepentingan-kepentingan dan tujuan-tujuan politik pemerintah
jepang. Usaha-usaha itu sering di sebut dengan “mobilitas massa” yang dalam
artian terbatas telah mengakibatkan perubahan-perubahan sikap mental sebagian
masyarakat serta dala, mngembang kan dimensi-dimensi lingkungan tempat mereka
hidup.
Salah satu bentuk organisasi sebagai implikasi dari
mobilisasi massa itu adalah seinendan. Seinendan di perkenalkan pertama kali
kepada masyarakat pada tangal 29 april 1943. Tujuan utamanya adalah kepentingan
pemerintah jepang dalam mendukung perang asia timur.
Masa pendudukan jepang di indonesia merupakan satu
periode yang menentukan dalam sejarah Indonesia. Meskipun merupakan pengalaman
pahit dan berat bagi kebanyakan orang Indonesia, hal itu merupakan suatu masa
peralihan, yang dalam beberapa hal gerakan nasionalis mendapat kemajuan. Dan
pergerakan nasional Indonesia sebagai keseluruhan telah mengambil sikap yang
sedikit banyak kooperatif di bawah pimpinan soekarno-hatta. Sebagian lain
dibawah komando syahrir membentuk suatu jaringan “bawah tanah”.
Selain propaganda nya yang sangat menarik, sikap
pemerintahan pendudukan jepang pada mulanya menunukkan kelunakan karena
berbagai kepentingan. Tetapi hal itu tidak lama, karena jendral imamura sebagai
penguasa tertinggi pemerintahan bala tentara di jawa mulai mengubah politik
lunakknya dengan mengeluarkan maklumatnya tertanggal 20 maret 1942 yang
melarang segala macam pembicaraan, pergerakan,anjuran atau propaganda dan
melarang pengibaran sang saka merah putih dan penyanyian lagu Indonesia raya
yang sudah diizinka sebelummnya.[2]
Dalam kerangka perjuangan pada masa pendudukan jepang
yang bersituasi semacam itu, tokoh – tokoh nasionalis mulai mengambil sikap
dalam kerangka strategi perjuangan nya. Hatta dan Syahrir yang telah bersahabat
lama, memutuskan untuk memakai strategi-strategi yang bersifat saling
melengkapi dalam situasi baru kekuasaan jepang.[3]
Hatta akan bekerja sama dengan jepang dan berusaha keras
untuk mengurangi kekerasan pemerintahan mereka sarta memanipulasi
perkembangan-perkembangan untuk kepentingan bangsa Indonesia. Syahrir tetap
menjauhkan diri dan membentuk suatu jaringan “bawah tanah” yang terutama
didukung oleh para mantan anggota pni baru. Soekarno yang telah di bebaskan
oleh tentara jepang dari sumatra segera bergabung dengan hatta, yang kemudian
segera membentuk suatu organisasi politik massa di bawah pimpinan mereka.
Bulan maret 1943 gerakan 3A di hapuskan dan diganti
dengan pusat tenaga rakyat. Badan itu berda dalam pengawasan ketat pihak
jepang, tetapi ketuanya di angkat dari orang – orang terkemuka Indonesia waktu
itu yaitu soekarno, hatta, ki hajar dweanta, dan kiai haji mas mansur. Dalam
bulan januari 1944 putra kemudian di ganti dengan persatuan kebaktian jawa. Soekarno
sangat berhasil dalam memanfaatkan propaganda jawa hokoka itu untuk memperkokoh
posisinya sebagai pemimpin kekuatan rakyat.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Ketika jaman pendudukan Jepang,
organisasi pergerakan nasional Indonesia mendapat pembatasan agar mereka tidak
mampu melepaskan diri dari Jepang. Baru setelah pemerintah Jepang memberikan
kesempatan para nasionalis diajak bekerjasama maka mereka menggunakan
kesempatan itu sebaik-baiknya guna menggalang kesatuan dan semangat nasionalis.
Pada pertengahan tahun 1942 Seokarno dibebaskan dari penjara dan sudah barang
tentu pemerintah Jepang akan menggunakan keppuleran dan kepemimpinan Soekarno
untuk tujuan propaganda yaitu agar seluruh bangsa Indonesia dengan mudah
dikerahkan untuk membantu perang yang sedang dihadapi Jepang. Empat serangkai
diberi kepercayaan untuk memimpin gerakan Pusat Tenaga Rakyat (Putra) yang
dibentuk 9 Maret 1943, atas usul Ir. Soekarno. Tujuan Putra ialah mempersatukan
rakyat Jawa untuk menghadapi serangan Sekutu yang semakin dekat dengan
Indonesia (Jawa). Tugas Putra menggerakan tenaga dan kekuatan rakyat untuk
memberi bantuan kepada usaha-usaha untuk mencapai kemenangan akhir dalam perang
Asia Timur Raya.
Daftar Pustaka
Anderson, Ben. 1988. Revoloesi Pemoeda “Pendudukan Jepang
dan Perlawanan di Jawa 1944-1946”. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan
Mudjianto, G. 1992. Indonesia abad ke-20 dari kebangkitan
nasional sampai linggar jati. Yogyakarta : kanisius
Rose, marfis 1987. Indonesia merdeka. Biografi politik
muhammda hatta. Terjemahan hermawan sulistyo. Jakarta : gramedia pustaka utama
[1] Anderson, Ben. 1988. Revoloesi Pemoeda “Pendudukan Jepang
dan Perlawanan di Jawa 1944-1946”. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan
[3] Rose, mafies. 1987. Indonesia merdeka :
biografi politik muhammad hatta. Terjemahan herman sulistyo. jakarta